Monday, February 15, 2010

AGAMA HARUS MAMPU MENJAWAB EKONOMI

AGAMA HARUS MAMPU MENJAWAB EKONOMI

Kedepan agama semakin kurang laku untuk membentuk perilaku manusia. Agama menjadi nomor sekian sedangkan ekonomi menjadi nomor satu dan yang berikutnya adalah penegakan hukum dalam pembentukan perilaku. Banyak dari masyarakat kita yang menjadi terombang-ambing kenyakinannya (agamanya) hannya karena faktor ketidakberdayan ekonomi yang turunannya adalah kemiskinan, pengangguran, pencurian, penodongan, pencopetan, perampokan, penipuan, kurang gizi dan penyakitan, tidak mampu memperoleh pendidikan serta mendorong pula bertindak kurup dan pungli. Selama ketidakberdayaan tersebut belum terpenuhi iman seseorang bisa mental seketika dari setiap diri orang. Sebagaimana juga budaya malu. Rasa malu dan pelanggaran hukum, pelanggaran norma yang berlaku serta agama bisa hilang karena perut lapar, seseorang harus mencuri atau jadi pengemis dsb. Berbeda halnya dengan apartur pemerintah serta lembaga tinggi/tertinggi negara baik perorangan maupun kelompok melakukan tindakan tercela seperti korup atau tindakan memperkaya orang lain dengan cara-cara ilegal bukan karena ketidakberdayaan ekonomi dari orang/kelompok tersebut tetapi karena kepentingan politik, kelompok dan pribadi oleh karena itu tindakan yang dilakukan dapat dikatan tindakan amoral serta pelanggaran hukum. Yang demikian banyak terdapat di negara-negara miskin, negara berkembang (seperti Indonesia) dan bahkan di negara yang telah maju pun bisa terjadi.

Keresahan terhadap perpindahan agama atau kenyakinan adalah kekawatiran kurang rasional. Kurang rasional karena hanya bisa memberikan komentar-komentar serta ajakan atau seruan untuk berdoa dengan mengambil tema zikir ini dan itu sebagai manifestasi pedekatan diri kepada sang pencipta sebagai terapi kekecewaan atau keputusasaan bersifat sementara seperti pada proses ceramah atau zikir berlangsung, begitu proses tersebut bubaran mulai lagi bececamuk hati dan pikiran fokus pada masalah ekonomi. Dimana proses tersebut tanpa ada upaya yang jelas dan konkrit solusi bagaimana konsep, teori dan praktik konkrit pemberdayaan ekonomi umat dalam perspektif agama sehingga lebih mampu berusaha dan bekerja demi untuk melapaskan diri dari kesakitan ekonomi umat. Kesakitan ekonomi, orang akan mencari dan mencari jalan lain yang mungkin sedikit atau banyak sudah keluar dari koridor arau rel agama yang dinyakininya selama ini atau dalam kata yang lebih tajam mengikuti aliran sesat. Dan oleh karena itu pula penjual aliran sesat saat ini dan sangat mungkin kedepan menjadi pilihan alternatif tetapi cukup laris. Kesakitan ekonomi, orang mencari kesembuhan penyakit tertentu yang bersifat medis mencari atau meminta kesembuhan kepada dukun, paranormal, kepada benda cair maupun benda padat serta tumbuhan yang ada sebagai fenomena alam daripada menggunakan jasa dokter. Dalam hal ini apa konsep serta pemikiran agama tentang pemberdayaan ekonomi umat baik itu pada level tinggi, menengah dan bawah. Terutamanya level bawah yang mendominasi pada negara miskin dan negara berkembang. Masalah ketidakberdayaan ekonomi (kesakitan ekonomi) baik berupa gejala, positif atau akut semestinya agama bisa menafsirkan memberikan jawaban seperti apa konsep, teori serta praktik yang lebih simpel dan konkrit. Karena agama bisa menjawab kesakitan ekonomi umat tersebut maka semakin merekat seseorang dengan agama tertentu. Agama tidak hanya berkutit lebih banyak tentang keTuhanan dan moralitas tetapi harus lebih banyak pula dalam pemberdayaan ekonomi umat.

Penegakan hukum tidak bisa efektif jika kebutuhan dasar hidup tidak tercukupi oleh karena itu terjadi pelanggaran hukum dan norma-norma berlaku serta agama. Contoh, larangan bagi pengemis jalanan di kota-kota dan pedagang asongan di jalanan. Peraturan perundang-undangan melarang melakukan tindakan korup, pungli, mencuri, merampok, menipu dsb. Sangat disayangkan, semakin banyak lembaga hukum serta peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelarangan semakin tumbuh subur pembangkangannya. Yang sangat meperihatinkan kita semua semakin dilakukan perbaikan berdemokrasi dan desentralisasi semakin banyak pelaku korup. Ini mengindikasikan kekurangberdayaan atau efektifitas moralitas sebagai support dari agama. Agama hanya dijadikan suatu alat keperibadian yang menvisualisaikan keobjektifan yang sesesungguhnya dalam kebenaran dan kejuran yang senyatanya tidak demikian. Jadi keperibadian dengan membungkus dengan agama terkadang bisa hanya sebagai kedok/topeng belaka. Karena masih kurang efektifnya agama sebagai control terhadap sikap dan perilaku maka pendekatan penegakan hukum dan ekonomi harus lebih dikedepankan.

Tidak ada ketenangan melakukan seperti ibadah berdoa/salat/zikir jika sesoerang dalam keadaan lapar dan haus serta berpenyakitan. Berdoa tidak bisa membuat perut kenyang serta tidak bisa menghilangkan rasa haus dan justeru bisa terjadi sebaliknya dengan banyak orang berdoa akan banyak terpakai energinya sehingga timbul rasa lapar dan haus. Tubuh orang sudah tidak memungkinkan lagi di tutup dengan daun-daunan atau dari kulit kayu serta tidak mungkin lagi orang tinggal di goa-goa karena tanah serta hutan sudah di petakan jadi hutan lindung dan hutan industry oleh karena itu tidak memungkinkan lagi orang tinggal di goa. Mau tidak mau orang harus hidup di alam serta masyarakat kemajuan dengan meninggalkan alam serta masyarakat belum maju.

Perilaku manusia akan lebih mudah diarahkan jika secara ekonomi masyarakat sudah dapat memperoleh serta memenuhi kebutuhan dasar hidupnya seperti: makan dan minum, sandang, rumah dan pendidikan dan kesehatan yang terjangkau. Dengan perut terisi makanan dan minuman, punya pakaian layak untuk dipakai, tinggal di rumah yang layak ditinggali, dengan demikian itu seseorang akan punya ketetapan hati pada keyakinan (agamanya). Dengan berpendidikan, masyarakat akan bisa berpikir rasional dan akan meningalkan cara irasional. Dengan biaya kesehatan gratis atau terjangkau maka semangat serta harapan hidup masyarakat akan terbangun dan akan mempercepat proses kesembuhan. Jadi selama masyarakat yang ekonominnya morat-marit maka maka agamanyapun akan morat-marit. Secara ekonomi mengalami proses perbaikan terus menerus akan mengalami proses perbaikan keTuhanan dan moralitas.

No comments:

Post a Comment