GURU KENCING BERDIRI ANAK KENCING BERLARI
Pepatah mengatakan “Guru kencing berdiri anak kencing berlari”, ini adalah kata-kata yang diucapkan oleh masyarakat terhadap para pendidik (guru) karena sikap dan keperibadian guru belum mencerminkan sebagai pendidik dan pengajar. Contoh, guru sering terlambat masuk kelas, guru sering tidak masuk (mangkir), guru sering hanya memberikan tugas-tugas atau mengerjakan lembaran kerja (LKS), guru tidak betah di dalam ruang kelas, hasil ulangan tidak segera dikoreksi serta dikasih tahu pada anak, guru suka mengeluarkan perkataan yang tidak pantas atau tidak mendidik seperti kata-kata: setan, ajing, monyet, goblok, tolol dsb, karena belum mampu memanag emosi, masih ada guru yang berbuat amoral terhadap anak didik.
Seorang guru seharusnya memperanankan diri sebagai contoh yang perlu dicontoh atau diteladani oleh peserta didik (seorang model). Jika keperibadian guru masih terikat atau mengikatkan diri seperti contoh di atas berarti sudah mencontohkan suatu perbuatan indisipliner (tidak disiplin), etika dalam menggunakan kata-kata tidak baik serta perbuatan amoral. Jadi ada fenomena bahwa pendisiplinan hannya berlaku untuk anak dan tidak berlaku untuk tenaga pendidik. Contoh konkritnya, anak terlambat masuk mendapatkan hukuman sementara guru terlabat tidak ada hukuman; tidak juga minta maaf kepada anak didik atas keterlambatannya. Anak tidak mengerjakan tugas tepat waktu diberi hukuman oleh guru sementara guru tidak mengoreksi atau terlambat mengoreksi serta memberikan hasil ulang harian kepada anak, guru tenang-tenang saja atau kipas-kipas saja menikmati kecurangannya.
Jika seorang guru masih berselimut dengan contoh-contoh di atas dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan pendidik yang berarti sang guru tersebut masih menyematkan pada pakaian harian pepatah “Guru kencing berdiri anak kencing berlari”.
Kedua orang tua di rumah juga adalah guru bagi anak-anaknya pada saat anak berada di rumah maka pepatah “Guru kencing berdiri anak kencing berlari” berlaku juga bagi ke dua orang tua anak. Apa yang dikatakan dan apa yang diperbuat kedua orang tua anak merupakan pendidikan bagi anak-anakannya. Anak akan mencontoh atau meniru baik perkataan maupun perbuatan kedua orang tuanya. Misalnya, kedua orang tua anak tidak rukun atau sering bertengkar, marah-marahan. Antara kedua orang tua anak sering melontarkan kata-kata yang tidak pantas untuk didengar anak seperti kata-kata : anjing, setan, goblok, monyet dsb. Menyuruh atau memerintah anak dengan suara keras atau membentak-bentak. Seorang bapak perokok berat, pemabuk, penjudi, perselingkuhan. Seorang ibu perokok berat, perselingkuhan, suka dandan berlebihan, cerewet, sukanya selalu di depan TV, suka mengrumpi dengan tetangga, dsb. Orang tua anak mentindik hidung, tindik lidah, tindik bibir, badan bertato, mengecat rambut warna-warni. Jika orang tua didik masih berselimut atau memodelkan dengan fenomena (gejala) seperti demikian itu maka jangan banyak berharap anak akan bisa hidup baik dan benar seperti yang diharapkan oleh kebanyakan orang tua. Jadilah keluarga yang aburadul dan bangsa yang amburadul (tidak karuan). Apa yang dilakukan atau diperbuat kedua orang tua anak di rumah merupakan pendidikan yang senyatanya bagi anak-anaknya.
Seorang pimpinan di tempat kerja juga adalah seorang guru bagi bawahannya atau anak buahnya maka pepatah “Guru kencing berdiri anak kencing berlari” berlaku juga bagi para pimpinan. Apa yang dikatakan dan apa yang diperbuat seorang pimpinan (manajer) merupakan pendidikan bagi bawahannya atau anak buahnya. Bawahan akan mencontoh atau meniru baik perkataan maupun perbuatan dari atasan atau pimpinnya. Misalnya, seorang pimpimnan yang suka mangkir kerja, terlambat masuk kerja, atau datang cepat pulang cepat, pekerjaan pimpinan bertumpuk tidak terselesaikan sesuai dengan prioritas waktu, sukanya marah-marah sesuatu yang tidak jelas, suka korup dan pugli. Apa yang dilakukan oleh pimpinan sedemikian itu merupakan proses pembelajaran dan pengkaderan bawahan. Pada saat bawahan atau anak buah mengambil estapet kepemiminan maka dia akan mempraktekan pula apa yang telah dilakukan oleh para seniornya terdahulu, yang kemungkinan dimodefikasi sesuai dengan pemahaman dan pengetahuan serta pengalaman dengan situasi kekinian.
Guru kencing berdiri anak kecing berlari adalah sebuah peribahasa yang tidak hanya berlaku pada para guru tetapi berlaku pula kepada para pimpinan dan orang tua anak.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment