RESAH DAN KERESAHAN
Resah adalah merupakan salah satu sifat manusia. Resah bila tidak terkendali akan berakibat tidak baik tetapi resah yang terkendalikan berakibat membawa kebaikan bagi yang mengalami serah atau keresahan. Resah dan keresahan adalah masalah (penyakit) di dalam setiap orang mengalaminya karena pertanyaan yang muncul dalam dirinya: Aduh bagaiamana nanti yaaa?. Masalah resah dan keresahan yang akan mucul didepan kita dan bukan dilekang kita. Sama halnya dengan penyesalan akan mucul dikemuduian bukan pada awal atau dibelakang: “Sesal kemudain tak ada gunanya”. Oleh karenanya kita ditantang untuk itu. Karena resah dan keresahan itu adalah masalah yang mucul di depan atau pada waktu atau masa akan datang berarti masih ada rentang waktu dekat/pendek, sedang maupun panjang untuk mempelajari serta menemukan cara-cara mendekatinya sehingga dia yang namanya resah dan keresahan itu bukan musuh bebuyutan. Karena masih ada rentang waktu maka perlu disikapi yaitu dipikirkan usaha-usaha konkrit apa yang diperlukan untuk mengelola masalah resah dan keresahan. Karena resah dan keresahan itu adalah masalah maka harus ada pula pemecahannya; kan bigitu! kalau tidak begitu mau bagaimana lagi!. Atau mengambil sikap masa bodoh (cuekin saja), kalau bersikap demikian berarti tidak masalah: tidak resah dan tidak keresahan.
Apa Sih, Resah Dan Keresahan Itu?.
Resah atau gelisah artinya tidak tenang; gugup; rusuh hati. Sedangkan keresahan diartikan menderita keresahan.
Megapa Tuhan Menciptkan Resah dan Keresahan Pada Hambanya (Manusia)?.
Suatu pertanyaan yang unik (ganjil) sedikit aneh; pertanyaan sepele (gampang), maka jabawanya juga unik dan gampang. Jawabanya adalah: Tuhan telah menciptakan resah dan keresahan kepada hambanya (manusia) dengan pilihan surga atau neraka pada hidup setelah di dunia ini?. Pilihan surga dan neraka itu sudah diperkenalkan atau dikasih tahu sejak kita mengambil tempat hidup di dunia ini; sejak kita dilahirkan sampai menjelang kemantian. Yang berarti pula bahwa yang kita resahkan itu tidak muncul di belakang kita, waktu saat ini, tetapi di depan kita yaitu pada waktu yang akan datang. Demikian pula dengan ancaman Tuhan yang membuat resah hambanya itu adanya pada waktu yang akan datang; waktu akan datang itu relatif artinya bisa cepat, sedang dan lambat. Maksudnya, yang namanya kita mati datangnya bisa cepat, sedang atau lambat waktu datangnya.
Dari fenomena yang ada kita bisa menyimpulkan sementara model kematian: mati secara alami; mati karena bencana alam; mati karena sesuatu penyakit terwaba saat lahir; mati karena bunuh diri atau dibuhuh; mati karena kecelakaan (insiden).
Karena resah dan keresahan yang menjadi masalah itu berada di depan; masa yang akan datang, maka kita masih diberi sejumlah waktu yang tersedia untuk mempergunaknnya sebaik mungin (efektif dan efisien) untuk lepas dari permasalahan yang diresahkan seperti pertanyaan : Apakah saya ini masuk surga atau neraka?. Ini adalah sebuah pilihan dan hidup adalah sebuah pilihan. Karena sebuah pilihan ya tinggal pilih satu antara dua surga atau neraka, senang atau sudah; miskin atau kaya. Miskin, bisa miskin harta (materiil) dan miskin pengetahuan dan keterampilan, moralitas, dsb.
Bagaimana Caranya Untuk Bisa Menguragi Atau Melepaskan Diri Dari Resah Dan Keresahan?.
Jawaban yang paling simpel adalah: Kalau mau hari kemudian masuk neraka maka perbanyak melakukan perbuatan yang dilarang Tuhan, sebalikya kalau kemudian hari kita ingin masuk surga ya perbanyak apa yang dianjurkan Tuhan untuk dikerjakan (menjauhkan segala larangganNya).
Perasaan resah dan keresahan: Apakah nanti masuk surga atau neraka? Banyak dan pada umumnya dialami orang yang telah berumur (tua-tua). Sebab semakin dekat dengan kejadian terjadinya waktu akan munculnya keresahan atau yang diresahkan itu semakin membuat deg-degkan jantung kita, itu sudah lazim (lumrah). Kalau tidak begitu bukanlah manusia namanya!. Lain persoalannya, jika orang telah mempersiapkan diri dari jauh-jauh hari dan terus berkelanjutan samapai dengan titik denyut jantung terakhir (mati), dia nemabung dan menabung perbuatan yang dianjurkan oleh Tuhan serta menjauhi laranganNya tentu bagi dia tidak ada yang perlu diresahkan, kan!.
Bagaimana Mengambil Hikmah Untuk Pembelajaran Diri?
Fenomena alam (gelaja alam); kejadian alam seperti air mentesi batu, batu bisa berlubang. Artinya bagi kita yang bisa memaknai air yang menetesi batu dan batu bisa berluang itu adalah sautu pelajaran atau pembelajaran diri kita terhadap alam yang maknanya cukup tinggi bagi manusia yang menggunakan akan pikirnya: Apakah dibalik kejadian itu?. Kita cari jabawan yang tidak perlu banyak mikir; masalahnya kalau kita terlau banyak memikirkan untuk satu sisi entar yang sisi-sisi lain tidak kepikirkan. Artinya alam (dengan kekuasaan Tuhan) mengajarkan kepada manusia supaya kita melakukan semua perbuatan (“perbuatan baik”) berproses sedikit demi sedikit. Kan ada pepatah yang mengatakan “Sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit”.
Padalah pepatah tersebut secara turun-temurun diperdengarkan oleh yang tua-tua kepada yang muda-muda. Dan itu sudah kita kantongin, mungkin karena kebanyakan kantong kita jadi lupa menaruhnya, adanya di kantong mana?. Kejadian ini sama halanya dengan menempatkan sesuatu benda tidak pada tempatnya, saat kita membutuhkanya baru mikir: Dimana saya menaruhnya?. Jadi kata-kata “Sedikit demi sedikit” di dalam alam pikir kita bukan di kantong banjo, celana, dikantong menja, dikantong lemari dsb. Kata-kata tersebut menjadi satu kesatuan dengan diri kita dan segala aktivitas/kegiatan yang kita sedang maupun yang akan kita lakukan. Sehingga tidak ada beban dalam mengerjakan dan karena itu pula tidak ada yang mananya resah dan keresahan. Karena dari awal sudah melalui proses atau berproses sedikit demi sedikit sehingga sudah membukit.
Bagaimana Makna Air Menetesi Batu Dalam Proses Belajar?
Belajar adalah proses memperolah pengetahuan, pengalaman dan keterampilan. Memperoleh pengetahuan, pengalaman dan keterampailan tidak sekali jadi; tidak semudah membalikan telapak tangan. Artinya memerlukan suatu proses; memerlukan rentang waktu dan masa. Yang berarti sama dong dengan peristiwa proses air yang menetesi batu?. Ya begitulah juga proses belajar. Sedikit demi sedikit lama jadi bukit juga. Sedikit menjadi bukit, bukit menjadi gunung, habis menggunung ya melangit.
Suatu proses belajar yang salah total adalah sudah menjalang ujian atau tes baru sibuk belajar; ada yang menamakannya dengan singkatan SKS (sistem kebut semalam). Artinya kalau waktunya sudah mepet baru berbuat. Jadinya kondisinya dipaksakan. Maka ada perkataan seperti ini “Semakin banyak yang diingat semakin banyak pula lupanya”. Mislanya orang mau pergi keluar rumah dengan kondisi buru-buru bisa ketinggalan dompet, HP, jam tangan dan bisa-bisa memakai kaos kaki terbalik atau memakai sandal jepit terbalik. Agar tidak terjadi pekerjaan seperti itu maka harus teratur melakukan suatu pekerjaan.
Pengalaman teman yang diceritkan kepada saya. Suatu hari dia pergi besama istrinya kepasar naik sepeda motor. Sampai di pasar, karena mau belanja keperluan masing-masing maka di pasar berpisah; suami istri misah tempat belaja tujuannya biar cepat pulang. Kebetulan si suaminya cepat mendapatkan barang yang dibeli sepasang sepatu kantoran dengan model yang amat menarik. Saking tertariknya dengan model sepatu yang dibeli pingin buru-buru pulang untuk mencocokan pakaian yang sudah lebih dahu dibelinya. Karena dipikirkan dia ingin segara sampai di rumah maka dia segara memutuskan untuk pulang. Jadilah dia pulang sendirian. Sampai di rumah, ambil celana dan berikut baju baru dan dicoba dipakai. Setelah merasa cocok, duduk di bangku sambil menikmati dan merasa puas dan sambil minum yang telah disediakan oleh pembantunya. Tiba-tiba dia kaget oleh suara panggilan melalaui HPnya dengan pertanyaan: “Mas sekarang posisinya ada dimana?. Si suami kaget setengah mati, sambil memukul jidadnya sendri sembari mengucap: “Astaga, saya lupa istri saya, saya tinggal di pasar”. Kejadian ini bisa menimpa siapa saja kalau bekerja terburu-buru, istri bisa ketinggal di pasar, kan sudah parah banget seperti itu!. Buru-buru membuat banyak yang tertinggal atau yang dilupakan maka itu perlu keteraturan (step by step atau setes demi setetes atau sedkit demi sedikit).
Dalam melajar juga harus teratur (sedikit demi sedikit); sebagaimaka kita melakukan proses makan dalam keseharan kita; makan pagi; makan siang; makan malam. Jadi ada waktu-waktunya; makan pagi, siang dan malam; belajar pagi, belajar siang dan belajar malam. Coba kalau dipaksakan makan pagi sekaligus buat siang dan malam. Misalnya, pagi satu piring; siang satu piring; malam satu piring dilkukan sekaligus, bagaimana rasa perut kita?. Mau meledak atau muntah-muntah atu berak-berak. Demikian juga kalau belajar yang dipaksakan akhirnya yang dipelajari muntah lagi dari kepala. Yang diperoleh dari belajar adalah kepala jadi pusing deeeh!. Maka itu jangan pusing-pusing deeeh! belajarlah secara teratur (sedikit demi sedikit); seperti kejadian alam yang telah memberikan pembelajaran kepada kita yaitu air menetesi batu; belajar pagi, siang/sore dan malam hari. “Begitu aja kok repot” kata Gusdur (alm).
Yang sebenarnya yang membuat repot, resah dan keresahan itu adalah kita sendiri. Kesadaran untuk belajar teratur (belajar apa saja, baik anak-anak, muda, tua) hanya kita sendiri yang memunculkan kesadaran itu dan secara sadar pula kita merencanakannya. Karena prinsipnnya orang yang sadar yang mempunyai perencanaan. Orang tidak sadar (edan/gila) tidak mempunyai rencana apa pun.
Resah dan Keresahan Adalah Poses Intropeksi Diri.
Intropeksi diri adalah merenungi tentang diri kita sendiri, terhadap apa yang telah kita lakukan dan yang sedang kita lakukan dan bagaimana langkah selanjutnya kedepan.
Dengan adanya resah dan keresahan merupakan pendorong untuk kita banyak berbuat yang seharusnya kita harus perbuat. Dengan munculnya resah dan keresahan berati pula kita menyadari bahwa kita selama ini tidak bisa berbuat banyak untuk diri kita sendiri dan buat orang lain. Demikian pula orang tua terhadap anak; guru terhadap murid; atasan dengan bawahan; pembangunan dengan apa yang dibangun. Dengan perasaan resah dan keresahan itu pula memberikan pencerahan pemikiran atau mencairkan pikiran yang beku menjadi cair sehingga dapat berpikir positif untuk melakukan segala sesuatu yang perlu dilakukan perubahan dengan cara pikir dan capandang yang lebih maju, cara melihat permasalahan (resah dan kegelisahan), cara mengelolannya sebagai jalan keluarnya (solusinya). Bisa melakukan proses ini berarti kita bisa malakukan pencedasan diri; kemampuan untuk menyelesaikan masalah sendiri, dan ini merupaka kemampuan awal (modal awal) untuk kita bisa menyelesaikan persolaan yang lebih luas di dalam suatu kelompok/tim, unit kerja atau organisasi.
Jadi, tanpa kita dilengkapi oleh Tuhan Maha Pencipta dengan perasaan resah dan keresahan yang sifatnya muncul diwaktu kemudian itu, kita tidak bisa menjadi orang kreatif dan enovatif. Hal itu mengiring kita untuk berpikir lebih maju. Contoh yang simpel: Apakah kita besok bisa makan atau tidak?. Pertanyaan seperti itu kan membuat kita resah/gelisah dan keresahan perasaan kita. Dengan adanya perasaan demikian maka kita akan kreatif: memikirkan, berevovasi dan bertidak/berbuat untuk medapatkan hasil yang bisa digunakan untuk keperluan makan esok hari.
Apa Saja Contoh Yang Membuat Resah Dan Keresahan?
Diantaranya :
o Tes masuk CPNS
o Tes masuk perguruan tinggi
o Tes masuk bekerja di salah satu perusahaan
o Tes masuk sekolah
o Tes/ujian nasional
o Masuk surga atau neraka
o Pilkada
o Pilpres
o Dll. (banyak lagi yaitu sebanyak yang kita ingin resahkan).
Apa Saja Cara Mengatasi Agar Tidak Terjadi Resah Dan Keresahan Itu?
o Jangan melibatkandiri di dalam kegiatan-kegiatan yang menibulkan kita resah dan keresahan (penolakan).
o Mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dan melakukan tindakan-tindakan yang perlu untuk menghadapi sesuatu yang meresahkan kita (menerima/menghadapi).
o Mempunyai mental siap menang dan siap untuk kalah atau siap diterima dan siap pula jika ditolak
Kesimpulan yang bisa digaris bawahi adalah resah dan keresahan adalah masalah atau penyakit. Penyakit yang ditimbulkan yang sebenarnya oleh diri kita sendiri. Karena itu masalah maka harus ada pemecahan (solusinya) atau jalan keluar dari masalah keresahan itu. Resah dan keresahan yang merupakan masalah pilihan yaitu berpegang pada keresahan itu atau melepaskan diri dari keresahan. Keresahan munculnya ada di depan kita dan oleh karena itu ada tengang sejumlah waktu yang bisa kita digunakan untuk mengelola dengan baik agar yang kita resahkan itu tidak muncul atau kalau muncul kita sudah siap menerimanya. Karena itu adalah masalah pilihan, dan pilihan berasil atu tidak sangat terantung dari sejauhmana kita berusaha untuk menghilangkan keresahan tersebut. Resah dan keresahan memberikan proses intropeksi diri terhadap apa yang telah dan sedang kita lakukan maupun yang akan kita lakukan, dan merupakan proses pembelajaran yang mau mengambil hikmah dari penyakit keresahan.
Jalan keluar dari penyakit keresahan adalah menolak atau tidak ambil bagian dan menerima/melawan/menghadapi dengan mempersiapkan diri. Begitu saja, gampang kan!.
Di dalam keresahan atau kegelisah berarti kita atau bangsa ini masih berkemaun untuk memperbaiki dirinya kepada yang lebih baik serta menyadai kekurang atau kelemahan selama ini. jadikalah pengalaman untuk pembelajaran guna perbaikan yang lebih baik kedepan.
Sunday, January 3, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment